Beberapa hari lalu perangkat daerah di rumahku berkeliling mengingatkan untuk mulai memilah sampah sejak dari rumah, karena sampah adalah tanggung jawab pribadi.
Himbauan ini dibuat oleh Pemerintah Kota Bandung yang mulai menerapkan skema “Tidak Dipilah, Tidak Diangkut”. Pada skema ini sampah dari warga yang tidak dipilah tidak akan diangkut ke TPS.
Nantinya, hanya sampah anorganik saja yang akan dibawa ke TPS. Sampah organik harus dapat diolah oleh setiap rumah untuk dijadikan kompos.
Peristiwa ini membawaku kembali ke tahun 2008, di mana ada seorang gadis SMP yang sempat dijuluki “Ratu Sampah Sekolah” dengan programnya “Go to Zero Waste School” yang inspiratif, gadis itu bernama Amilia Agustin.
Amilia Agustin si “Ratu Sampah Sekolah”
Amilia Agustin, aktivis muda yang lahir di Bandung, 20 April 1996 ini mulai dikenal sebagai “Ratu Sampah Sekolah” saat masih bersekolah di SMPN 11 Bandung.
Julukan ini muncul karena kepeduliannya terhadap sampah yang tidak dikelola dengan baik di sekolahnya. Saat itu perempuan yang akrab dipanggil Ami ini merasa prihatin dengan kondisi sekolah yang terlihat kotor dan penuh sampah.
Bersama teman-temannya, dia mulai menginisiasi program “Go to Zero Waste School” dengan mengumpulkan sampah plastik dan mendaur ulang sampah tersebut hingga menjadi barang yang berguna dan memiliki nilai rupiah.
Program “Go to Zero Waste School”
Program “Go to Zero Waste School” yang diciptakan oleh Ami memiliki tujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bebas sampah.
Sejak kelas IX, Ami aktif mengkampanyekan pengelolaan sampah kepada warga sekolah dan juga masyarakat di sekitarnya. Ami mengajak untuk mulai mengolah, mengurangi, mendaur ulang sampah organik, anorganik, dan juga plastik untuk dapat dimanfaatkan dengan efektif.
Dengan sikap konsisten yang dilakukan oleh Ami dan kelompoknya dalam mengelola sampah, program “Go to Zero Waste School” berhasil membuat SMPN 11 Bandung menjadi sekolah yang sehat dan juga bersih dari sampah.
Hal ini juga tidak terlepas dari bimbingan guru Biologi, Ibu Nia Kurniati yang sejak awal menjadi fasilitator dan pembimbing Ami beserta kelompoknya dalam menjalankan programnya.
Young Changemakers Ashoka Indonesia
Karena keberhasilan programnya ini, Ami beserta teman-temannya memberanikan diri untuk mengajukan proposal program Karya Ilmiah Remaja “Go to Zero Waste School” ke Program Young Changemakers dari Ashoka Indonesia.
Program itu dibuat untuk membuka peluang bagi anak muda usia 12-25 tahun untuk mempraktekkan prinsip-prinsip sosial entrepreneurship dengan tujuan untuk menciptakan pemimpin di masa datang yang dapat membuat perubahan.
Proposal “Go to Zero Waste School” ini berhasil disetujui dan mendapatkan biaya operasional sebesar Rp2.500.000. Proyek pengelolaan sampah ini terbagi kedalam empat bidang, yaitu sampah anorganik, organik, tetrapak dan kertas.
Metode pengelolaan sampah Ami dengan mengubah limbah plastik dan limbah kain perca dari konveksi menjadi produk tas yang layak jual sehingga memiliki nilai ekonomi. Sampah organik diolah menjadi kompos.
Untuk sampah kemasan susu atau tertapak, dia bekerja sama dengan Yayasan Kontak Indonesia (YKI) yang menukarnya menjadi buku catatan olahan dari sampah tetrapak.
Sedangkan untuk sampah kertas, Ami bekerjasama dengan Greeneration Indonesia untuk diubah menjadi agenda, notes, komik. Kerajinan hingga recycle paper.
Berkat programnya ini Ami tidak hanya mengelola sampah di sekolah dengan baik, namun juga memberikan peluang bagi generasi muda untuk dapat menghasilkan produk dari sampah yang memiliki nilai rupiah dan berguna.
SATU Indonesia Awards 2010
Program “Go to Zero Waste School” yang diinisiasi oleh Amilia Agustin ini berhasil membawa dia mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards 2010.
Amilia mendapatkan penghargaannya ini pada usia 14 tahun dan menjadikannya sebagai kandidat termuda yang memenangkan apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2010.
SATU Indonesia Awards adalah sebuah ajang kompetisi yang dibuat oleh PT Astra International Tbk. Penghargaan ini diberikan untuk lima pemuda yang dinilai telah memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Penghargaan ini dikategorikan dalam bidang Lingkungan, Pendidikan, Teknologi, Kesehatan dan Ekonomi/Kewirausahaan.
Penutup
Amilia Agustin si “Ratu Sampah Sekolah” telah membuktikan bahwa semua bisa dilakukan jika kita kreatif dan juga konsisten.
Konsistensi Ami dalam mengelola sampah tidak hanya berakhir saat SMP saja, kegiatannya berlanjut saat SMA hingga ke jenjang perguruan tinggi dengan mendirikan “Udayana Green Community”.
Komunitas ini berfokus pada pengelolaan sampah dan sosialisasi pengelolaan sampah di tingkat dasar, termasuk sekolah dan masyarakat.
Saat ini Amilia Agustin sudah bekerja di Pamapersada Nusantara, anak perusahaan Astra yang bergerak pada bidang pertambangan di divisi Corporate Social Responsibility (CSR).
Amilia Agustin menjadi contoh nyata bahwa kepeduliannya terhadap lingkungan dapat dimulai dari hal kecil dan membawanya menuju hal yang lebih besar lagi.
Semoga kisah Amilia Agustin ini dapat menginspirasi generasi muda untuk mulai bergerak dan terus berkarya untuk lingkungan yang bebas sampah.