Liburan Akhir Tahun di Darajat Pass

“Libur telah tiba, Libur telah tiba.

Hore, hore, hore!”

Itulah sepenggal lagi kanak-kanak yang akan selalu kita dengar disetiap akhir tahun ataupun saat lebaran. Hawa-hawa liburan akan terasa ketika mendekati libur hari raya yang biasanya bertepatan dengan libur sekolah.

Akhir tahun ini sebenarnya aku gak ada rencana untuk liburan, karena jatah liburannya udah ditarik ke awal bulan Desember, jadi beneran gak kepikiran mau liburan. Eh gak taunya Pap ngajak liburan setitik ke Garut, sekalian arisan keluarga katanya. Yasudah, berangkatlah kita.

Kami berangkat dari Bandung sekitar pukul 07.00, janjian di Pom Bensin Cikancung dengan saudara yang lain. Perjalanan dari Bandung ke Cikancung sekitar 30 menit via jalan tol Cipularang keluar di gerbang tol Cileunyi. Sesampainya di sana sudah ada 3 mobil yang menunggu, kami turun terus bersalaman kayak lagi lebaran, terbiasa saling salam kalau bertemu. Setelah isi bensin kamipun langsung tancap gas ke Garut.

Selama di perjalanan gak banyak yang bisa diceritakan karena aku tidur. Tahu-tahu udah sampai di Pasar Cipanas Garut. Tujuan kita ke Darajat Pass yang posisinya ada di atas gunung. Waktu tempuh dari Cikancung ke Garut sekitar 3 jam. Jalanan lancar walau hari itu adalah tanggal merah, hari Natal. Setelah bertanya ternyata kami melewati jalan alternatif yang kosong. Untung saja, terbayang kalau lewat jalur biasa, bisa kena macet. Sebenarnya kami juga sempat terkena macet ketika ditanjakan sudah mau dekat, dikarenakan ada bus mogok yang gak kuat nanjak.

Baca juga: [Review] Travel Kit Lakme Worth to buy?

Setelah melewati bus tersebut, akhirnya kami sampai juga di Puncak Darajat. Karena yang punya rencana dan yang hapal tempatnya adalah Om, jadi kami mengikuti saja. Ternyata Om mengajak ke Darajat Pass yang posisinya ada dipaling atas. Di sepanjang jalan menuju lokasi terdapat beberapa tempat pemandian yang sepertinya baru dibuka untuk umum.

Untuk memasuki wilayah Darajat Pass, kita harus membayar tiket masuk dan parkir diawal. Total biaya tiket masuk untuk 4 orang dan parkir mobil sebesar Rp125.000 dengan rincian (Tiket masuk @Rp30.000/per orang dan parkir mobil Rp5.000/mobil). Darajat Pass memiliki lahan yang cukup luas, tempat parkirnya yang luas terlihat penuh karena seperti perkiraanku hari itu ada banyak yang liburan ke sini. Untung saja bukan hal sulit bagi kami untuk parkir, kebetulan ketika parkir ada tempat yang kosong.

Area di Darajat Pass terbagi menjadi beberapa bagian. Ada area saung, masjid, tempat bermain anak (kolam bola, kereta, trampolin, sekuter), flying fox, kolam renang water boom, dan kolam berendam air hangat. Kolam berendam air hangat ini berada tepat di depan hotel Darajat Pass. Ternyata di sini juga ada hotel yang dari luar terlihat menarik dengan konsep instagramable.

Sebelumnya kita juga harus menyewa saung untuk menyimpan barang-barang termasuk bekal yang sudah disiapkan sebelumnya. Harga sewa saung Rp15.000/jam. Nantinya akan ada petugas yang mengarahkan dan memberi karcis sebagai tanda kita menyewa saung itu.

Ada kejadian lucu ketika menyewa saung ini. Karena posisi Darajat Pass yang penuh sekali, otomatis saung juga penuh. Ada salah satu saung yang dari aku datang sudah aku curigai kalau penyewanya akan pulang, tapi karena bawa rombongan tagonian, akhirnya kita tetap cari saung yang available walau diujung sekalipun. Benar saja Om menemukan saung yang available di atas yang jauh dari mana-mana. Dari kolam jauh, dari toilet jauh, dari masjid jauh, pokoknya jauh banget di atas. Sudah cukup menderita? Belum! Kami gak bisa lihat pemandangan apapun karena kondisinya di depan saung ini ada mobil yang parkir. Mobil orang lain. Antara miris dan kocak, haha.

Karena aku mau buang air kecil, akhirnya aku ‘turun bukit’ sambil melewati saung strategis yang penyewa sebelumnya terlihat lagi beres-beres. Setelah ditanya ternyata benar mereka mau pulang. Langsung telfon Om dan merekapun berboyong-boyong pindah saung. Beginilah resiko liburan ketika musim libur. Hehe.

Cerita lainnya, karena hari itu adalah hari libur nasional, otomatis hampir disetiap area penuh dengan manusia. Aku sampai pusing melihatnya. Kolam renang merupakan area yang paling banyak peminatnya. Kolam dengan fasilitas waterboom penuh dengan anak-anak yang senang riang bermain air. Rencana mau main waterboom dibatalkan melihat kondisi yang gak memungkinkan untuk anak bayik berenang.

Akhirnya anak bayik main kolam bola yang kolamnya dalem banget sampe kelelep dia. Kolam bolanya sederhana sekali, jangan dibayangkan kayak kolam bola yang nyaman dan bersih kayak di mall. Ini kolam bola seadanya kayak di pasar malam lengkap dengan perosotan TK-nya, walau kolam bolanya seadanya sudah cukup membuat hati anak-anak gembira. Segini juga uyuhan kalau bahasa sundanya. Harga masuk tiap wahana Rp10.000/15 menit.

Ketika menemani anak bayik mandi bola, tiba-tiba Garut diguyur hujan deras yang cukup lama sekitar 20 menit. Kasihan yang gak kebagian saung dan duduk ngampar (duduk dibawah pakai samak/karpet).

Setelah hujan reda, aku merasa kok semakin ramai ditambah ada beberapa masalah yang terjadi, salah satunya gak ada air! Aneh banget kan masa kolam renang gak ada air di toiletnya? Waktu pertama aku buang air kecil ada air di toilet masjid yang cukup bersih, dibandingkan toilet lainnya. Setelah hujan dan menjelang sore, air disetiap toilet habis. Hanya ada satu yang terisi air, toilet di atas dan itupun antri banget. Aku kebingungan karena anak bayik pup, akhirnya dibersihkan dengan menggunakan tissue basah.

Ke kolam renang tapi gak renang? Rasanya gimana gitu. Apalagi melihat sepupu-sepupunya pada berenang, akhirnya anak bayik ikutan berenang juga. Karena posisi air dengan wahana perosotan dan ember tumpah penuh banget sama orang, juga airnya gak hangat. Akhirnya anak bayi dibawa berenang di kolam air hangat depan Hotel Darajat Pass.

Jangan harap akan mendapat fasilitas berendam yang super nyaman dimusim liburan gini. Semua orang butuh piknik, jangan egois! Haha. Yaudah akhirnya anak bayi berendam empet-empetan asal kena air aja. Waktu maksimal untuk berendam hanya 20 menit, kitapun mengikuti aturan itu.

Sesampainya di saung aku langsung beresin anak bayi yang menggigil kedinginan karena cuacanya memang dingin, secara di atas puncak Darajat dan habis hujan. Setelah semua selesai apakah kami bisa langsung pulang dengan damai? Oh, tentu saja tidak! Papi G harus ganti baju kering dan aku ingin buang air kecil. Semua toilet dan tempat ganti baju penuuhh. Kita harus antri 30 menit lamanya di depan kamar mandi yang ada airnya, kalau kecele lama lagi deh.

***

Liburan tidak selamanya menyenangkan, ini adalah kali kedua aku liburan bareng keluarga dari Papa yang Zonk. Pertama kali liburan ke Pangandaran H+1 lebaran, yaaa wassalam! Pantai penuh umat. Haha.

Bukan salah mereka juga sih karena sebagian masih pada kerja jadi waktu libur ditanggal merah harus dimanfaatkan sebaik mungkin, dengan resiko tempat wisata akan ramai sekali pastinya.

Kayaknya udah panjang banget nih cerita tentang berendam di kawah Darajat yang yaaaa gak fail-fail banget tapi zonk. Haha. Next, liburan ke mana lagi yaaa??

Comments 1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *