Disclaimer!!
Ini pengalaman pribadi yang murni curhat. Curahan hati emak-emak dengan segala drama yang menyelimuti proses recovery anak. Ditulis sebagai pengubahan emosi menjadi hal yang (semoga) berfaedah. Hehe.
Jadi, hari kamis 11 Juli 2019 lalu aku mengantarkan anakku lepas kateter. Kita berangkat lebih pagi karena mau sekalian CT Scan. Sampailah jam 07.20, kebagian antrian no 547F, loket pendaftaran belum dibuka. Akhirnya kita pergi dulu ke Radiologi untuk daftar ulang ct scan.
Sekitar 08.30-an dapetlah antrian dan disuruh ke gedung Cardiac lantai 2. Oke, jalan deh ke sana. Masih sepi banget, pasien yang nunggu baru seorang. Akhirnya akupun menyerahkan berkas ke suster di sana, lalu disuruh nunggu.
Sekitar sejam setengah barulah dipanggil dan katanya anakku disuruh tahan pipis, nanti dikasih minum dulu. Agak heran karena sebelumnya aku udah ke dokter urologi dan anastesi, mereka sepakat anak akan disedasi (diberi obat tidur). Tapi suster dan dokter di sana malah nyuruh minum. Aku udah sempet bilang, “Sus, nanti dikasih obat tidur kan?” Dijawab “Engga bu” lho! Agak janggal, tapi karena aku anaknya positif banget jadi yaudah aku turutin aja ketika disuruh minum.
Selama satu jam setengah itu suster bilang, “Bu anaknya bisa nahan pipis?” Dalam hati inginku berteriak “YAAA MENURUT NGANA AJA ANAK USIA 15 BULAN BISA NAHAN PIPIS KEK MANA???” Lagi pula dipake kateter, aku baca di kertas petunjuk ct scan ada pernyataan yang bilang kalau pakai kateter, selangnya diklim dulu. Lalu pertanyaan suster itu aku jawab:
“Ya gak bisa sus, kan anak segede gini gimana nahan pipis? Tapi dia pake kateter kok”
“Oh yaudah klim aja ya bu” lalu mlengos.
Lhaa ini klim gimana iniiii, w kan kagak tau cara klim yang bener gimana. Salah-salah malah lama lagi nanti.
Lalu akupun bertanya: “Sus, gini?”
“Iya bu gitu aja” jawabnya.
“Tapi ini kateternya gak guna sih sus, gimana ya? Dia kalau pipis pasti rembes keluar dari perut. Dibekas operasiannya.”
“Loh, kok gitu? Yaudah saya konsul ke dokter dulu”
“Gatau sus, tapi hari ini jadwalnya lepas kateter kok.”
Lalu kami pun menunggu lama lagi.
Sekitar 15 menit kemudian suster datang sembari memberikan surat dari dokter “Ibu ke urologi lagi ya, bilang mau benerin kateter”
Dan 2 jamku terbuang sia-sia hanya untuk mendapatkan catatan “Mohon kateter diperbaiki” huft. Akhirnya akupun pergi ke poli urologi.
Lalu ketemu suster pria (kalau laki-laki namanya pria juga bukan gaes?), pak Ule andalanku. Akhirnya aku dan anakku masuk ruang tindakan. Setelah dicek dokter akhirnya diputuskan kateter dilepas karena sudah tidak berfungsi lagi. Bisa karena luka sudah tertutup atau salurannya tersumbat. Alhamdulillah yang ini gegara luka tertutup.
Maaaaakkk!! Ini adalah kali pertama aku lihat kateter dilepas dari perut. PERHATIAN!! Disini aku ingin menceritakannya secara detail. Kalau kalian manusia lemah sepertiku dan gak bisa baca yang gini-gini boleh skip ke 2 paragraf selanjutnya.
Pertama jahitan digunting, disini aku masih biasa aja. Karena sebelumnya aku juga pernah dijahit dilutut.
Kemudian selang kateter ditarik perlahan. Warna asli selang itu kuning, tapi jadi putih karena kebasahan.
Selama ini aku selalu berpikir kalau kateter dipasang itu paling 2-3 cm. Ternyataaaaa ada kali 5-6 cm. Masha Allah. Awalnya biasa aja, ditengah-tengah aku merasa mual, merinding dan mau muntah. Tahu adegan film orang kalau liat bangkai busuk? Seperti itu persis. Akhirnya aku menyerah dan meminta neneknya pegangin anakku. Aku? Langsung duduk tertunduk menahan mual. Kalau diterusin bisa pingsan aku. Pak Ule sempat bertanya, “Kenapa? Isi ya?” Aku jawab “Engga pak, gak kuat. Mau pingsan. Huhu”
Ini benar-benar pertama kalinya aku melihat secara langsung anakku lepas kateter. Gak kuat aku.
Apakah anakku anggun seperti biasanya? Tentu tidak dong. Selama proses pelepasan kateter dia ngamuk sampai sedikit trauma kalau aku tidurin dikasur RS. Perih kali ya, mana puasa lagi. Huhu. Disini aku kesal sama diri sendiri. Tahu gitu gak usah ct scan sekarang. Kasian anakku.
Akhirnya drama lepas kateter selesai, waktu sudah pukul 11.10, kitapun bergegas kembali ke Radiologi untuk ct scan. Setelah laporan kalau kateter sudah dilepas, susterpun menyuruh anakku minum air putih 50 ml. Disini aku nurut aja toh kasian dia abis nangis ngamuk. Setelah itu 20 menit kemudian aku nanya,
“Sus, anak saya udah minum. Gimana ya sekarang?” Susterpun menjawab
“Tunggu ya bu, nanti dipanggil”
“oke sus, tapi ini anaknya tidur. Gapapa?” Iapun menjawab lagi
“iya gapapa bu, malah bagus, ditunggu ya”.
Oke, nunggu lagi.
Sekitar jam 11.45 akhirnya nama anakku dipanggil. Disuruh masuk ruang ct scan dan tiduran. Ketika aku meletakkan anakku di kasur ct scan, tiba-tiba anakku disuruh buka baju. Yaelah Maemunaaahh.. napa kagak dari tadi coba?? Akhirnya dengan susah payah aku lepaskan bajunya. Pas ditidurkan kembali di kasur, dia bangun dan panik. Trauma karena bekas lepas kateter sebelumnya, kedinginan juga karena ac-nya dinginnya poll!!
Akhirnya kita disuruh keluar. Antrian ct scan lumayan rame hari itu.
Setelah nunggu 15 menit, aku nanya lagi kapan bisa ct scan. Akhirnya jam 12.00 mulai lagi ct scan dan gagal lagi karena anak tidak kooperatif. Disini kekesalanku memuncak, karena dokter radiologi menyarankan aku untuk ke anastesi. Iya, ANASTESI!!! Ini menandakan kalau berkasku gak dibaca dong! Jelas-jelas minggu lalu aku ke anastesi. Setelah aku kasih lihat surat anastesinya, dokter radiologi bilang “Eh iya ini ada berkasnya. Hmm. Tapi kok orang anastesinya gak ada yang kesini ya?” Kemudian merekapun (radiologi) menyalahkan anastesi yang gak hadir. *tepok jidat*
Akhirnya kami diminta menunggu LAGI sampai jam 14.00. Nanti dicoba lagi buat ct scan. Aku udah malas sekaligus kesel karena gak ada kejelasan dari tadi. Untung saat itu ada yang menawarkan campaign ngejar TT di Twitter. Weslah emosiku tersalurkan dengan sangat berfaedah di Twitter. Alhamdulillah. Kalau engga TLku penuh sama sampah-sampah gak faedah.
Disini aku kesel karena kasihan anakku ya Allah, udah 12 jam dia puasa, baru minum air putih doang yang gak nyampe 50 ml. Bibir dia kering, lemes, tidur mulu. Mau nangis akuuu. Jadinya serba salah karena kalau mau sedasi anak harus puasa gak boleh ada makanan/minuman sama sekali. PD juga udah bengkak karena anakku gak nenen.
Akhirnya 13.50 aku datengin lagi ruang radiologi. Udah agak sepi, pasien tinggal anakku doang. Terus dicoba lagilah. Anakku gak kooperatif karena yaaa menurut netizen aja anak bayi disuruh tiduran terlentang dengan tangan mengangkat keatas gimana caranya? Kalau ada yang berhasil tolong kabarin aku ya!!
Disini aku kesal (lagi) dan udah malas. Anakku sudah dibujuk rayu gimana juga ya gamau. Udah dibantu dua suster PKL juga gamau. Toh kata dokter urologi aja harus sedasi, dokter anastesi aja udah setuju, tiba-tiba ini bilang gak bisa sedasi. Meledak aku disini. Udah aku judesin semua yang ada di radiologi. Kesal!!!!
Lalu nunggu lagi dokter radiologi menjelaskan. Heran deh setelah jam 12 dokter semua hilang! Sebal!
Kemudian dokterpun menjelaskan, seperti ini:
“Intinya, prosedur ct scan yang akan dilakukan ini HARUS MINUM. Agar hasil yang keluar nanti akurat dan sesuai. Sedangkan kalau sedasi TIDAK BOLEH MINUM/MAKAN karena seluruh organ tubuh dipaksa tidur. Khawatir cairan/makanan yang ada di lambung keluar dan masuk ke paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan KEMATIAN.”
Lalu, akupun bertanya “solusinya apa kalau begini?”
Dijawab: “aduh, saya juga bingung. Proses ct scan dan anastesi ini bertolak belakang. Gimana ya?” Yaa kagak tauuu, kan anda dokternya!
Lalu aku mendengar sayup-sayup kalau dokter anastesi tadi datang dan bilang EMANG GAK BISA. Ya Allah maafkan hambamu ini. Ini kalau gak bisa ya kenapa disetujuin sebelumnya, Maliihh….
Disini amarahku sudah memuncak, aku udah ikutin prosedur yang benar, berkas semua lengkap, datang lebih pagi agar selesai lebih cepat, dan terpenting anakku udah puasa lebih dari 12 jam!!! Disini aku udah mau nangis. Huhu.
Akhirnya radiologi memberi catatan dan menyuruhku kembali ke urologi. What???? Mulai dari awal??!2!1!1!1!1!
Akhirnya dengan misuh-misuh aku pergi ke poli urologi dan mengadu.
Tercatat diberkas ct scan kalau pasien tidak kooperatif. Dokter urologi geleng-geleng sambil ngomong “Ya kalau anak segede gini gimana mau kooperatif, yang lebih gede aja susah. Mana ini gak kasih nomer dokternya lagi ya? Mau koordinasi gimana?”. Lalu dokterpun pamit sebentar mau koordinasi dengan dokter anastesi dulu.
Setelah kembali dokterpun bilang “bu, sebenarnya ct scan ini pasien gak perlu minum. Dokter anastesi juga sudah bilang kalau ct scan ini BISA melakukan prosedur sedasi dengan syarat anak puasa. Lagi pula kita gak butuh yang harus minum gitu. Tapi ini gimana ya? Gak ada nomor dokter radiologinya.”
“Lalu gimana dok? Saya harus mulai dari awal lagi apa gimana?”
“Gak usah bu, titip nomer telfon aja. Nanti saya hubungi untuk menentukan jadwal ct scannya. Nanti saya koordinasikan ke radiologi”
Lalu drama hari itupun ditutup dengan penjadwalan ulang.
Baca juga: #AksiFlashBunda Ketika Anak Terjatuh Dari Tempat Tidur
***
Disini aku heran. Kenapa masing-masing departemen gak ada komunikasinya. Iya sih tiap spesialisasi ada pakemnya sendiri, tapi mbok yaaa tolong dong dok, jangan bikin kesel dengan gak baca berkas! Iya tahu kok kalian masih PPDS 1, belum lulus jadi dokter spesialis. Tapi kalian kan jauh lebih paham dari saya yang apalah ini. Sekali-kali ketiga departemen ini ngopi-ngopi lah, saling bertukar pikiran. Jangan sampai pasien yang jadi korban.
Untung seluruh pembiayaan ct scan ini dibantu oleh negara. Kalau engga Rp3.000.000 ku melayaaangg.
Baca juga: Perhatikan Red Flags Pada Anak Untuk Tumbuh Kembang Yang Baik
Disclaimer 2!
Disini aku bukan bermaksud untuk menjelek-jelekkan suatu pihak. Aku murni bercerita tentang keluh kesah yang aku rasakan ketika akan ct scan yang sebenernya bisa gak ribet (kecuali proses pendaftarannya yang panjang dan lama) tapi dibikin ribet dan ngorbanin anakku.
Tadinya aku mau nulis buat status FB, tapi panjang banget dan khawatir misinformasi, jadj mending buat blog aja. Hehe.
Aku mau berterimakasih sebesar-besarnya untuk Allah SWT, BPJS dan masyarakat yang tidak pernah nunggak bayar BPJS. Semoga jadi berkah jariyah untuk kalian semua. Amiin..
Biaya CT Scan di RSHS Bandung
Yah begitulah mbak untuk kalau RSHS, dipenuhi pasien yang sedang menunggu. Tiap ke sana pasti banyak banget pasien yang sedang nunggu.
Oh iya, salam kenal ya mbak. Kalau mau baca tentang fotografi boleh mampir ke blog saya, kebetulan baru update blog tentang tips foto hp.
Iya betul. Rumah sakit rujukan se-Jawa Barat. Dari sebulan kemarin walau bolak balik berkali-kali, antri nunggu dari pagi sampai sore gak masalah. Karena semua berjalan sesuai prosedurnya. Cuma ini ke triggered sama pelayanan di Radiologinya. Kok bisa miss gitu. Ini yang bikin kesel. Karena kasihan anakku udah puasa dari jam 02.00 dini hari. Hiks.
Salam kenal juga. Sudah berkunjung ke blognya dan bagus-bagus. Next mau baca lagi biar ilmu fotografinya bertambah..
[…] Baca juga: Pengalaman (Penuh Drama) CT Scan dan Lepas Kateter Anak di RSHS Bandung […]
Thanks so much for giving everyone an exceptionally memorable chance to read in detail from this site. It can be so awesome and jam-packed with a lot of fun for me personally and my office colleagues to visit your web site the equivalent of 3 times per week to read the fresh secrets you have. Not to mention, we are always contented with your fantastic tips you serve. Certain 4 facts in this article are rather the most efficient I have had.
[…] Baca juga: Pengalaman penuh drama CT-Scan dan lepas kateter di RSHS Bandung […]
mba maaf mau nanya kalau udh jwdl ct scan apa kita hrs reservasi online lagi?atau langsung dftr di Hari H?
kalau udah ada jadwal ct scan bisa langsung datang aja ke radiologi, ke ruangan di gedung apa ya lupa. pokoknya ketika udah dapat jadwal ct scan langsung ke ruangan di lantai 3 (nanti diarahin) lalu di CT Scan deh.