3 Kota Tempatku Merangkai Kenangan

Haloo! Gak kerasa udah hari ke-16 lagi dari tantangan 30 hari menulis blog. Fyuh! Sudah setengah jalan dan simalas malah datang menghampiri. Duh.. shooo shooo… jauh-jauh deh.

Okay! Tema kali ini mengenai kota-kota yang pernah ditinggali. Sebenernya, aku bukan orang yang suka pindah-pindah kota tinggal. Bahkan hampir gak pernah beranjak dari Bandung, kota kelahiranku. Dengan pengalaman seminim ini, aku mau mencoba menceritakan pengalaman tinggal ditempat yang pernah aku singgahi. Yuk mari…

1. Jakarta

Sumber

Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota? Masa sih? Haha. Sebenarnya aku gak pernah benar-benar tinggal di Jakarta. Hanya beberapa bulan ketika lulus kuliah dan memantapkan hati ingin merantau ke ibu kota. Sayang, orang tua tidak mendukung, karena aku anak perempuan satu-satunya. Alhasil cuma berhasil ngayap aja nginep dikost-an temen semingguan. Haha.

Ibu kota itu kejam? Iya! Kamu harus punya mental dan hati yang kuat seperti baja. Bagi yang punya mental tempe dan berhati lemah kayak aku sih bakalan susah tinggal di Jakarta. Penuh padatnya kota Jakarta menuntut kita untuk lebih gesit. Dempet-dempetan naik KRL, Transjakarta harus dinikmati SETIAP HARI! Makanya, salut sekali sama teman-teman yang bisa tahan tinggal di Jakarta. Kena macet di Inhoftank dikit aja aku udah murang-maring. Apalagi kalau kena macet di jalanan Jakarta setiap pergi dan pulang kerja? Wah, bisa abis umurku di jalan. Haha. Lebay..

Ada pengalaman pahit yang menyertaiku di Jakarta dan gak pernah bisa aku lupakan sampai sekarang. Jadi, ceritanya waktu itu sama temenku, sebut saja Putri, kita mau mendatangi apartemen temanku yang satu lagi, sebut saja Mpit, dibilangan Juanda, Jakarta Pusat. Sekalian mampir ke cafe Ragusa. Kita berangkat dari Depok naik KRL dan turun di stasiun Juanda. Pas turun kita langsung naik Bajaj, karena kata temen cafe Ragusa bisa dicapai dengan Bajaj dan bayar Rp 10.000 aja. Aku nanya sama abangnya, dengan belagak bodoh dia bilang “Ragusa? Dimana ya Ragusa?”, kita menjelaskan sambil menunjukkan google maps, dia bilang “Oh yaudah, Rp 20.000 ya” dalam hati ‘kayaknya jauh nih’ sampai akhirnya kita tawar menawar dan jatuh diharga Rp 10.000 dengan dibubuhi kalimat “Biasanya juga Rp 10.000, pak!” Kataku dengan sotoynya. Sudah deal dan berasa ini harga pling murah, kita mantap naik Bajaj. Sudah bersiap menikmati perjalanan yang akan memakan waktu sekitar 10 menit, tapi kok tiba-tiba bapaknya muter balik dan melawan arus. Aku masih melihat google maps, setelah melawan arus dia langsung belok kiri dan dengan nada mengejek dia bilang “Nih kan ya Ragusa? Ya saya juga tahu kok”. Iya, ternyata dari stasiun Juanda, cafe Ragusa itu tinggal nyebrang naik jembatan penyebrangan dan sampe. Google maps mengarahkan jalan kalau kita pakai kendaraan yang memang jalannya itu harus muter. Mau marah? Banget!! Kesal sekali rasanya, tapi ya gimana.

Sumber

Setelah makan ice cream dan bertemu teman, dia bilang kalo ada Sale di Gajah Mada Mall. Mampir dong kita ke sana, karena tempatnya gak begitu jauh. Keliling-keliling di Mall yang aku kira minimal seperti Bandung Indah Plaza (BIP), ternyata diluar ekspektasi (sorry), nyari Bazzar gak ketemu, sampai akhirnya kita pulang menuju lobby baru deh Bazzarnya ketemu. Wanita ya, milih-milih dong. Apalagi aku yang badannya agak besar dikit, coba-coba, ditegur. Sampai akhirnya setelah selesai memilih dan memutuskan membeli yang mana, aku malah diusir sama mereka berdua (pasangan suami istri) sambil ngata-ngatain keluarga ku. Shock? Pasti!! Kaget banget waktu itu, sampai mau nangis mana sepatu jebol, kaki kram, hujan pula, perjalanan masih jauh. Dalam satu hari aku langsung merasakan kejamnya Ibu Kota. Sedih.. Huhu. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2013/2014.

Tapi hal itu gak bikin kapok kok buat main ke Jakarta. Malah pengen lagi. Haha. Rindu masa ituu…

2. Tangerang

Sumber

Pernah kerja di Pabrik di Tangerang dan jatuh cinta sama orang Tangerang sampai jadi kurus gara-gara dia, kayaknya Tangerang layak dijadikan cerita kedua. Kota ini merupakan kota yang banyak ceritanya dan selalu berurusan dengan hati. Pernah marathon antar kota antar provinsi yang terjadi seabis tes CPNS di Cijantung, lanjut ke Pasar Minggu naik Argomas ke Tangerang, kemudian turun di depan mall TangCity demi seorang pria yang bahkan kalau dipikirkan lagi sekarang gak layak mendapatkan setiap usaha itu!! Haha! Sudah jauh-jauh disamperin, cuma 15 menit ketemu, itupun berantem doang. Abis itu aku ditinggal gitu aja di pinggir jalan. Langsung balik naik bis Argomas ke Pasar Minggu, lanjut janjian sama anggota Nebengers dan nebeng sampai Cibinong, Bogor. Wkwk! Bolang sekali aku ini dulu.. Ini aib yang harus ditertawakan sekarang. Dulu, aku senekat itu keliling kota antar provinsi kayak gitu, SENDIRIAN. Tapi, kalau disuruh liburan, gak berani!! Harus ada temennya.

Tangerang, mengubur cerita cintaku dalam-dalam. Tapi teteup, gak kapok kalau balik lagi ke sini. Malah pengen napak tilas dan kalau bisa ketemu lagi sama dia dan pamer kebahagiaan. Haha! (Astagfirullah, gaboleh gitu ra!) 😅

3. Bandung

Sumber

“Padamu, aku kembali. Bandung.”

Mau sejauh apapun aku pergi, sebolang apapun, senekat apapun, ke Bandung aku pasti kembali. Senang berpetualang dan berkunjung ke berbagai daerah tidak membuatku kehilangan rasa cinta sama Bandung. Kota kelahiranku ini selalu ada dihati. Walau terkadang jenuh ya, Bandung gitu-gitu aja, sempit, mulai macet. Tapi aku tetap sukaaa!

Sumber

Kalau di sini gak usah deh diceritain, pasti bakalan panjang banget. Banyak cerita yang tercipta disini. Bangga ketika banyak orang ingin berkunjung ke Bandung dan mengukir cerita di sini. Uwu..

***

Itulah ketiga kota yang pernah aku tinggali dan beberapa pengalaman absurd yang pernah aku alami. Kalau kalian, kota mana yang paling berkesan? Yuk cerita di kolom komen!

Comments 26

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *